Hijrah
Nabi Muhammad
Pada
September 622, terdapat skenario pembunuhan kepada Nabi Muhammad, maka secara
diam-diam Nabi Muhammad bersama Abu Bakar pergi meninggalkan kota Mekkah.[3]
Sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad dan pengikutnya berhijrah ke Yastrib 320
kilometer (200 mil) utara Mekkah. Yastrib kemudian berubah nama menjadi Madinat
un-Nabi, yang berarti "kota Nabi", tapi kata un-Nabi menghilang, dan
hanya disebut Madinah, yang berarti "kota".[4] Penanggalan Isalm yang
disebut Hijriah dicetuskan oleh Umar bin Khattab pada tahun 638 atau 17 tahun
setelah peristiwa hijrah.[4] In the following chronology[4] Kota tempat tinggal
Nabi Muhammad disebut Madinah dan wilayah sekitarnya disebut Yastrib.
|
Hijrah
pertama
artikel utama Hijrah ke Habsyi
Sebelumnya,
pada tahun 615 telah ada peristiwa hijrah pertama dari kaum Muslim yang
disarankan Nabi Muhammad untuk menghindari penindasan dari kaum Quraish di
Mekkah untuk hijrah ke Kekaisaran Aksum yang diperintah oleh Raja Kristen
(lihat Islam di Ethiopia). Nabi Muhammad sendiri tidak ikut hijrah. Pada tahun
itu pengikut Nabi Muhammad dikejar suku Quraish dengan mengirim utusan ke
Kekaisaran Aksum untuk membawa kembali para pengikut Nabi Muhammad yang hijrah
kembali ke Mekkah.
Nuzulul
Qur'an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur'an (kitab suci
agama Islam) adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan
wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi
Muhammad SAW.
Wahyu, Waktu
dan tempat kejadian
Wahyu
pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5 yang
bila diterjemahkan menjadi :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya
Saat wahyu
ini diturunkan Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira, ketika tiba-tiba
Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut. Adapun mengenai waktu atau
tanggal tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara para
ulama, sebagian menyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awal
pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat Ibnu Umar), sebagian
lainnya pada bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27 menurut riwayat Abu Hurairah,
dan lainnya adalah pada bulan Ramadhan pada tanggal 17 (Al-Bara' bin Azib) ,21
(Syekh Al-Mubarakfuriy) dan 24 (Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo' ) [1]
[sunting]
Peringatan Nuzulul Qur'an
Sebagian
muslim, memperingati waktu terjadinya peristiwa tersebut secara khusus. Di
Indonesia setiap tanggal 17 Ramadhan, biasanya dilakukan ceramah atau pengajian
khusus bertemakan Nuzulul Qur'an.
Isra
Mikraj (Arab:الإسراء
والمعراج, al-’Isrā’
wal-Mi‘rāğ) adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad
dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa
penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari
semalam.
Isra Mikraj
terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi[1] dan mayoritas
ulama,[2] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara
tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada
malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian,
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[3] menolak pendapat tersebut dengan alasan
karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10
kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban
salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian
Isra Mikraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak
diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Peristiwa
Isra Mikraj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari
Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW
dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi.
Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat
lima waktu.
Bagi umat
Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika
inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat
perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa
ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW
sedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar