Teori Clyde Kluckhohn
Kay Maben
Clyde Kluckhohn Kay Maben lahir
pada 11 Januari 1905, di Le Mars, Iowa, anak dari pasangan Clyde Clofford dan
Caroline Mabem. Ibunya meninggal saat melahirkan Kluckhohn dan ketika ia
berusia lima tahun ia diadopsi oleh paman dari pihak ibunya, George Wesley
Kluckhohn. Ia sekolah menengah di Le Mars lalu pindah di Culver Military
Academy dan di tahun 1921-1922 di Lawrenceville School (New Jersey). Karena
kesehatanya yang buruk Kluckhohn berhenti kuliah dan diharuskan untuk
tinggal di tempat beriklim kering. Akhirnya ia tinggal di peternakan domba
milik bibinya, Evon Z. Vogt di tepi sebuah reservasi Navajo di Mexico.
Setelah tujuh bulan di peternakan
dan setelah ulang tahunnya yang kedelapan belas, Kluckhohn berkelana sendirian
menggunakan kuda sejauh 3000 mil di Negara Amerika bagian selatan. Selama
berminggu-minggu ia tidak bertemu dengan bahasa Inggris, hanya
Spanyol-Amerika, Zuni dan Navajo Indian.
Dibulan Desember 1922 Kluckhohn
menerbitkan makalah pertama berbahasa Navajo berjudul El Palacio, jurnal untuk
New Mexico State Musium. Perhatian Kluckhohn terhadap bidang penyelidikan
Culture and Personality mulai sewaktu ia menulis buku berjudul Navaho
Witchcraft dimana ia membuat gambaran yang sangat baik tentang ilmu dukun dan
ilmu sihir orang Navaho dengan menganalisa secara psikoanalisa dalam berbagai
gejala dan unsur-unsur dalam ilmu sihir tersebut untuk mencapai pengertian yang
mendalam tentang berbagai unsur kebudayaan tertentu.
Konsep dalam bidang penyelidikan
kebudayaan dan watak manusia dikembangkan Kluckhohn bersama dengan ahli
psikologi O.H. Mowrer untuk mempertajam pengertian mengenai pengaruh kebudayaan
terhadap watak manusia dan sebaliknya dan konsep itu diumumkan kepada dunia
ilmiah melalui sebuah karangan yang berjudul Culture and Personality, A
Conceptual Scheme (1941) , ia menyimpulkan bahwa watak manusia merupakan suatu
rangkaian dari proses-proses fungsional yang berpusat kepada alam rohani yang
letaknya di daerah otak dan saraf dari individu tersebut. Proses-proses
fungsional tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar individu yaitu wilayah
sekitar fisiknya (alam dan gejala-gejala fisik sekitarnya), wilayah sekitar
sosialnya (sesame manusia dan kelompok-kelompok manusia sekitarnya), wilayah
sekitar kebudayaannya (nilai-nilai, adat istiadat dan benda-benda kebudayaan
sekitarnya) dan juga alam rohani sub-sadar individu tersebut).
Pengertian
Kebudayaan A.L Krober dan C.Kluckhon
Kebudayaan adalah manifestasi atau
penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
Unsur kebudayaan (menurut
C.kluckhohn) :
- Sistem Religi
- Sistem organisasi kemasyarakatan
- Sistem pengetahuan
- Sistem mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi
- Sistem Teknologi dan Peralatan
- Bahasa
- Kesenian
Orientasi nilai budaya
Kebudayaan sebagai karya manusia
memiliki system nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value
Orientation (1961) system nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara
Universal menyangkut 5 masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
1. Hakekat hidup manusia (MH)
Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara
ekstern; ada yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan
pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik,
“mengisi hidup”.
2. Hakekat karya manusia (MK)
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda-beda, diantaranya
ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan
kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya
lagi.
3. Hakekat waktu manusia (WM)
Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda; ada yang
berpandangan mementingan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan
untuk masa kini atau masa yang akan datang.
4. Hakekat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi
alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang
beranggapan manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah
kepada alam.
5. Hakekat hubungan manusia
(MN)
Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia
dengan manusia, baik secara horizontal (sesamanya) maupun secara vertikal
(orientasi kepada tokoh-tokoh). Ada pula yang berpandangan individualistis (
menilai tinggi kekuatan sendiri ).
Pengaruh budaya pada perilaku
Dalam essainya yang berjudul “A Mirror
for Man” dia berpendapat bahwa yang menentukan perilaku individu bukan dari
faktor genetic, namun pengaruh budaya dalam pola pengasuhan. Kluckhohn
berpendapat bahwa mengapa suatu individu berperilaku demikian karena “mereka
dibesarkan seperti itu”. Budaya ditempat seseotang sibesarkan mencerminkan
nilai-nilai mereka, sikap dan perilaku. Dalam sebuah pencarian terus-menerus
untuk lebih memahami perilaku manusia, orang ditantang untuk melihat ke dalam.
. Memahami akar dari psikologi manusia adalah kunci untuk memahami mengapa
manusia menampilkan perilaku tertentu, sikap tertentu pelabuhan, dan bereaksi
terhadap situasi dengan emosi tertentu. Kluckhohn menggunakan beberapa
paradigma untuk menggambarkan pengaruh budaya terhadap perilaku dia melibatkan
adat perkawinan yang berbeda dari Amerika Serikat dan orang-orang Koryak
Siberia.
Teori orientasi nilai budaya
a.Dalam kaitannya dengan makna hidup manusia.
b.Berkenaan dengan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
c.Dalam kaitannya dengan persepsi manusia dengan waktu.
d.Dalam kaitannya dengan makna dari pekerjaan.
e.Dalam kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia.
Teori evolusi
sosiokultural
a.Evolusi sosiokultural meliputi seluruh sistem
sosiokultural maupunkomponen-komponen yang terpisah dari sistem tersebut.
b.Evolusi sosiokultural bukanlah proses tunggal
c.Perbedaan tersebut dapat dirinci sebagai evolusi
paralelel, evolusikonvergen, dan evolusi divergen.
d.Evolusi paralel, merupakan evolusi yang terjadi dalam dua
atau lebihsosiobudaya tang berkembang dengan cara yang sama dan dengantingkat
yang pada dasarnya sama.
e.Evolusi konvergen, terjadi ketika berbagai masyarakat
berbeda perkembangannya, namun akhirnya mengikuti pola yang serupakemajuannya.
f.Evolusi divergen, terjadi ketika berbagi masyarakat yang
semulamengikuti banyak persamaan yang serupa, namun akhirnya mencapaitingkat
perkembangan yang jauh berbeda
Teori Evolusi Kebudayaan:
Morgan
Teori Evolusi Kebudayaan
L.H.Morgan
L.H.Morgan (1818-1881) adalah seorang peristis antropologi di Amerika terdahulu. Awal kariernya adalah sebagai ahli hukum yang tinggal bersama dengan suku-suku Indian Iroquois di Hulu suangi St. Lawrence ( New York). Ia juga banyak melakukan penelitiannya di sana yaitu untuk meneliti suku Indian Iroquois. Salah satu judul buku terutama dari karya L.H.Morgan adalah Ancient Society (1877) yang berisikan tentang delapan tahapan proses terjadinya evolusi kebudayaan secara universal.
Skema Teori
Zaman Liar >> Zaman Barbar >> Peradaban Purba >> Peradaban Masa Kini
Menurut Morgan evolusi kebudayaan secara universal melalui delapan tahapan ( Dadang Suparlan, 2007:223) yaitu:
L.H.Morgan
L.H.Morgan (1818-1881) adalah seorang peristis antropologi di Amerika terdahulu. Awal kariernya adalah sebagai ahli hukum yang tinggal bersama dengan suku-suku Indian Iroquois di Hulu suangi St. Lawrence ( New York). Ia juga banyak melakukan penelitiannya di sana yaitu untuk meneliti suku Indian Iroquois. Salah satu judul buku terutama dari karya L.H.Morgan adalah Ancient Society (1877) yang berisikan tentang delapan tahapan proses terjadinya evolusi kebudayaan secara universal.
Skema Teori
Zaman Liar >> Zaman Barbar >> Peradaban Purba >> Peradaban Masa Kini
Menurut Morgan evolusi kebudayaan secara universal melalui delapan tahapan ( Dadang Suparlan, 2007:223) yaitu:
1. Zaman Liar Tua. Zaman sejak manusia
ada samapai menemukan api, kemudian manusia menemukan keahlian meramu dan mencari
akar-akar tumbuhan liar untuk hidup.
2. Zaman Liar Madya. Zaman di mana
manusia menemukan senjata busur dan panah. Pada zaman ini manusia mulai merobah
mata pencahariannya dari meramu menjadi pencari ikan.
3. Zaman Liar Muda. Pada zaman manusia
menemukan senjata busur dan panah sampai memiliki kepandaian untuk membuat
alat-alat dari tembikar namun kehidupannya masih berburu.
4. Zaman Barbar Tua. Zaman sejak
manusia memiliki kepandaian membuat tembikar sampai manusia beternak dan
bercocok tanam.
5. Zaman Barbar Madya. Zaman sejak
manusia beternak dan bercocok tanam samapai menemukan kepandaian membuat
alat-alat atau benda-benda dari logam
6. Zaman Barbar Muda. Zaman sejak
manusia memiliki kepandaian membuat alat-alat dari logam sampai manusia
mengenal tulisan.
7. Zaman Peradaban Purba, menghasilakan beberapa peradapan klasik zaman batu dan logam
7. Zaman Peradaban Purba, menghasilakan beberapa peradapan klasik zaman batu dan logam
8. Zaman Masa Kini,zaman peradapan
klasik sampai sekarang.
Teori evolusi kebudayaan
a.Zaman liar tua
b.Zaman liar madya
c.Zaman liar muda
d.Zaman barbar tua
e.Zaman barbar madya
f.Zaman barbar muda
g.Zaman peradaban purba
h.Zaman peradaban masa kini
Teori evolusi keluarga J.J. Bachofen
Menurut Bechofen bahwa di seluruh dunia ini, evolusi
keluarga berkembang melalui empat tahapan ( Koentjaraningrat, 1980 ) yaitu
sebagai berikut :
1. Tahapan
Promiskuitas : di mana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok,
laki-laki dan wanita berhubungan bebas…sehingga melahirkan keturuna tanpa ada
ikatan ( Koentjaranigrat, 1980: 38 ) pada tahapan ini kehidupan manusia sama
dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Pada tahapan ini, laki-laki
dan perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain tanpa ada
ikatan kelurga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan keluarga
seperti sekarang ini.
2. Lambat
laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak, tetapi anak belum
mengenal ayahnya melaikan hanya masih mengenal ibunya. Dalam keluarga inti,
ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada
tahapan ini disebut tahapan matriarchate. Pada tahapan ini perkawinan ibu dan
anak dihindari sehingga muncullah adat exogami
3. Sistem
Patriarchate : dimana ayahlah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang
mewarisi garis keturunan. Perubahan dari matriarchate ke tingkat patriarcahte
terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang
menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga para pria mengambil calon
istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke kelompoknya sendiri
serta menetap di sana. Sehingga keturunannyapun tetap menetap bersama mereka.
4. Pada
tahapan yang terakhir, patriarchate lambat laun hilang dan berobah menjadi
susunan kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada tingkat
terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelopok (exogami) tetapi juga
dari dalam kelompok yang sama (endogami). Hal ini menjadikan anak-anak bebas
berhubungan langsung dengan kelurga ibu maupun ayah.
Teori evolusi keluarga
a.Tahap promiskuitas
b.Lambat laun manusia sadar akan hubungan antara ibu dengan
anaknyasebagai suatu kelompok keluarga inti dalam masyarakat.
c.Sistem patriarchate, dimana ayah menjadi kepala keluarga.
d.Perkawinan tidak selalu dari luar kelompok, tetapi dapat
juga daridalam kelompok yang sama
Teoti evolusi
animisme ; Sigmund Freud
Animisme adalah kepercayaan bahwa obyek dan gagasan termasuk
hewan, perkakas, dan fenomena alam mempunyai atau merupakan ekspresi roh hidup.
Dalam beberapa pandangan dunia animisme yang ditemukan di kebudayaan pemburu
dan pengumpul, manusia sering dianggap (secara kasarnya) sama dengan hewan,
tumbuhan, dan kekuatan alam. Sehingga, secara moral merupakan kewajiban untuk
memperlakukan benda-benda tersebut secara hormat. Dalam pandangan dunia ini,
manusia dianggap sebagai penghuni, atau bagian, dari alam, bukan sebagai yang
lebih unggul atau yang terpisah darinya. Dalam kemasyarakatan ini, ritual /
upacara agama dianggap penting untuk kelangsungan hidup, karena dapat
memenangkan kemurahan hati roh-roh sumber makanan tertentu, roh tempat
bermukim, dan kesuburan serta menangkis roh berhati dengki. Dalam ajaran
animisme yang berkembang, seperti Shinto, ada sebuah makna yang lebih mendalam
bahwa manusia adalah sebuah tokoh istimewa yang memisahkan mereka dari segenap
benda dan hewan, sementara masih pula menyisakan pentingnya ritual untuk
menjamin keberuntungan, panen yang memuaskan, dan sebagainya.
Kebanyakan sistem kepercayaan animisme memegang erat konsep
roh abadi setelah kematian fisik. Dalam beberapa sistem, roh tersebut dipercaya
telah beralih ke suatu dunia yang penuh dengan kesenangan, dengan panen yang
terus-menerus berkelimpahan atau bahkan permainan yang berlebih-lebih.
Sementara di sistem lain (misal: agama Nawajo), roh tinggal di bumi sebagai
hantu, seringkali yang berwatak buruk. Kemudian tersisa sistem lain yang
menyatukan kedua unsur ini, mempercaya bahwa roh tersebut harus berjalan ke
suatu dunia roh tanpa tersesat dan menggeluyur sebagai hantu. Upacara
pemakaman, berkabung dan penyembahan nenek moyang diselenggarakan oleh sanak
yang masih hidup, keturunannya, sering dianggap perlu untuk keberhasilan
penyelesaian perjalanan tersebut.
Ritual dalam kebudayaan animisme sering dipentaskan oleh
dukun atau imam (cenayang), yang biasanya tampak kesurupan tenaga roh, lebih
dari atau di luar pengalaman manusia biasa.
Pemraktekan tradisi penyusutan kepala sebagaimana ditemukan
di beberapa kebudayaan, berasal dari sebuah kepercayaan animisme bahwa seorang
musuh perang, jika rohnya tak terperangkap di kepala, dapat meloloskan diri
dari tubuhnya dan, setelah roh itu berpindah ke tubuh lain, mengambil bentuk
hewan pemangsa dan pembalasan setimpal.
1.Teori evolusi animisme dan magic
a.Animisme adalah suatu kepercayaan pada semua benda.
b.Asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa
c.Manusia memecahkan beberapa persoalan hidupnya selalu
denganakal dan sisitem pengetahuannya.
d.Ilmu gaib mulanya hanya untuk mengatasi pemecahan masalah
hidupyang berada diluar kemampuan akal dan sistem pengetahuannya.
e.Karena penggunaan magic tidak selalu berhasil maka
mulailahdiyakini bahwa alam semesta dihuni oleh makhluk-makhluk halusyang lebih
berkuasa daripada manusia.
Antara agama dan magic itu berbeda.
.Magic memiliki 2 prinsip utama. Pertama magic simpatetis, keduamagic
senggol.
Sigmund Freud, psikolog sekuler, mengatakan bahwa Animisme
menjelaskan konsep-konsep psikis teori tentang keberadaan spiritual secara
umum. Animisme sebenarnya berasal dari wawasan bangsa-bangsa primitif yang luar
biasa tentang alam semesta dan dunia. Bangsa-bangsa primitif menempati dunia
bersama-sama dengan begitu banyak roh. Bangsa primitif ini mampu menjelaskan
keterkaitan proses gerakan alam dengan gerakan roh-roh ini. Mereka juga
memercayai bahwa manusia juga mengalami ’animasi’. Manusia memiliki jiwa yang
bisa meninggalkan tempatnya dan memasuki makhluk lain. Karena itulah, manusia
bisa menjelaskan mengenai mimpi, meditasi, atau alam bawah sadar. Animisme
adalah suatu sistem pemikiran yang tidak hanya memberikan penjelasan atas suatu
fenomena saja, tetapi memungkinkan manusia memahami keseluruhan dunia.
Menurutfilosof lain seperti Tylor dan Comte, mereka menyebutkan bahwa animisme
adalahtahap pertama pembentukan agama. Dalam istilah mereka, peradaban itu
dimulaidengan adanya pemikiran animisme, kemudian berkembang menjadi agama.
Teori Mengenai Ilmu Gaib dan Religi
J.G. Frazer
Pada mulanya manusia hanya menggunakan akalnya untuk
memecahkan masalah. Namun lambat laun sistem pengetahuan manusai semakin terbatas
untuk memecahkan masalah bahkan tidak sanggup lagi memecahkan masalah. Sehingga
manusia memecahkannya dengan magic, ilmu gaib. Magic adalah semua tindakan
manusia untuk mencapai sesuatu dengan menggunakan kekuatan-kekuatan alam dan
luar lainnya. (Koentjaraningrat 1980:54)
Namun dalam perkembangan selanjutnya kekuatan magic tersebut
tidak selamnya berhasil. Maka manusia mulai sadar bahwa di alam ini ada yang
menempatinya yaitu mahluk-mahluk halus. Mulailah manusai mencari hubungannya
dengan mahluk-mahluk halus tersebut. Dengan itu timbullah religi. Religi adalah
segala sistem tingkah laku manusia untuk memproleh sesuatu dengan cara
memasrahkan diri kepada penciptanya.Teori upacara sesaji
a.Disamping sistem keyakinan dan doktrin sisitem upacara
punmerupakan suatu perwujudan dan religi yang memerlukan studianalisis khusus.
b.Upacara religi tersebut, biasnya dilaksanakan oleh banyak
wargamasyarakat dan memiliki fungsi sosial untuk mengintensifkansolidaritas
masyarakat.
c.Pada prinsipnya, upacara sesaji, dimana manusia menyajikan
sebagiandari seekor binatang, terutama darahnya kepada dewa, kemudianmemakan
sendiri sisa daging dan darahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar